Agen Judi Online

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 22 Februari 2020

Cerita Hot Hilangnya Perawan Pramugari



Cerita Hot Terbaik - Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan tersebut lokasinya agak jauh dari keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang baru saja dibuka untuk disewakan, hanya beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-kostan itu. Seiring dengan turunnya air hujan, air mata Fonny juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan dan takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas penerbangan. 

Kedua tangannya langsung diikat kebelakang dengan seutas tali, mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan. Fonny Dewi Seftiani adalah seorang Pramugari pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional. 

Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini sangat memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari. Demikian pula dengan karirnya dalam waktu yang singkat karena kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok primadona di perusahaan penerbangan itu. Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu sesama karyawan ditempatnya bekerja atau kawan-kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin berkarir maka dengan secara halus maksud-maksud dari para lelaki itu ditolaknya. Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap dari Fonny itu. Suwandi adalah salah satu dari orang yang tidak bisa menerima sikap Fonny terhadap dirinya.

Kini dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu perhitungan terhadap Fonny. Rencana busuk dilakukannya terhadap Fonny. Malam ini mereka telah menyergap Fonny dikamar kostnya. Suwandi adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Suwandi bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu yang bekerja dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Suwandi yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Fonny itu lebih sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada Fonny yang tengah tergolek dikasurnya. “Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama dengan Fonny beberapa bulan yang lalu, Suwandi langsung jatuh hati kepada Fonny. Dimata Suwandi, Fonny bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam lamunnanya.

Diapun berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4. Bak bukit merindukan bulan, Suwandi tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya itu. Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3 kali perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati sang bidadari itu. Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Fonny sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya diacuhkan oleh Fonny, tatapan mata Fonny pun selalu sinis terhadap dirinya. Lama kelamaan didalam diri Suwandi tumbuh subur rasa benci terhadap Fonny, penilaian terhadapnya pun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun gairah nafsu sex terhadap Fonny tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur menghantui dirinya selama ini. Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh Fonny pikirnya. Jadilah malam ini Suwandi melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi pelajaran kepada Fonny sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya, air matanya pun telah membasahi wajahnya yang putih bersih itu. “Lihat aku, cewek *******…..!”, hardiknya seraya memegang kepala Fonny dan menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”, jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Fonny pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Suwandi seseorang yang dibencinya.

Hatinya pun langsung ciut dan tergetar tatkala Suwandi yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”. Keringat pun langsung mengucur deras membasahi tubuh Fonny, wajahnya nampak tersirat rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Suwandi. Kini dihadapan Fonny, Suwandi mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah abad lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Suwandi memiliki tubuh yang atletis, badannya hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut Fonny, disaat Suwandi mulai mendekat ketubuhnya. 

Tangan kanannya memegang batang kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah Fonny. Melihat ini Fonny berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Suwandi secepat kilat mencengkram erat kepala Fonny dan mengalihkannya lagi persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Fonny, dengan tubuh yang bergetar Fonny hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Suwandi. “Ahhh….perkenalkan rudal gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Fonny, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang kemaluannya itu Suwandi tengah menikmati kehalusan wajah Fonny. “Hai cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan kontol gue ini, seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama ****** gue ini….”, sambungnya.

Setelah puas dengan itu, kini Suwandi mendorong tubuh Fonny hingga kembali terjatuh kekasurnya. Sejenak dikaguminya tubuh Fonny yang tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan birahi Suwandi, apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat. Rambutnya yang panjang sebahu masih digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Fonny ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Fonny menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Suwandi itu kini mengusap-usap bagian pantat Fonny, dirasakan olehnya pantat Fonny yang sekal. Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali pantatmu…”, ujar Suwandi sambil terus mengusap-usap dan memijit- mijit pantat Fonny. 

Fonny hanya diam pasrah, sementara tangisannya terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Suwandi secara perlahan-lahan mengusap kaki Fonny mulai dari betis naik terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya. Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Suwandi, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Fonny agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Suwandi tadi langsung menusuk lobang kemaluan Fonny. “Egghhmmmmm…….”, Fonny menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Suwandi masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan Fonny pun langsung menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika Suwandi memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Fonny. Dengan tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang kemaluan Fonny, sementara itu badan Fonny menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan- rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”.

Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Fonny pun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Suwandi kemudian mencabut jarinya. Tubuh Fonnypun dibalik sehingga posisinya terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan celana dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga bagian bawah Fonny kini telanjang. Terlihat oleh Suwandi, kemaluan Fonny yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang telah membengkak itu. Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Fonny hingga mengangkang setelah itu ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada. Wajah Fonny semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah basah oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Suwandi bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Fonny. “Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”, Fonny menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Suwandi mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Fonny.

Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Suwandi terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain Fonny masih perawan, usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Suwandi berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Fonny. Tubuh Fonny berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya terenggut oleh Suwandi. “Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan perawan elo !”, bisiknya ketelinga Fonny. Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana memiawakkan telinga. Karena ingin mendengar suara rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut Fonny. “Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp uunn …”, rintih Fonny dengan suara yang megap- megap. Jelas Suwandi tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memopakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Fonny. “Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .”, Fonny merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Suwandi, badannya pun semakin menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru badannya yang menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Suwandi, karena dengan begitu otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut batang kemaluan Suwandi yang tertanam didalamnya, karenanya Suwandi merasa semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Suwandi terus menggenjot tubuh Fonny, Fonny pun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Suwandi menggenjot tubuhnya.

Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihan pun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”. Dan akhirnya Suwandi pun berejakulasi di lobang kemaluan Fonny, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Fonny. “A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Suwandi melolong panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas. Puas sudah dia menyetubuhi Fonny, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Fonny, puas dalam merobek keperawanan Fonny dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis cantik itu.

Fonny menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Fonny sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Fonny yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali. Dengan mendesah puas Suwandi merebahkan tubuhnya diatas tubuh Fonny, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Suwandi nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari Fonny yang tubuhnya tertindih tubuh Suwandi. Setelah beberapa menit membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Fonny, kini Suwandi mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Fonny. Badannya berlutut mengangkangi tubuh lunglai Fonny yang terlentang, kemaluannya yang nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi sedikit menegang disaat merapat kewajah Fonny. Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan Suwandi sekonyong-konyong meraih kepala Fonny. Fonny yang masih meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Suwandi. Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Suwandi yang telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat menjerit, Suwandi sudah mencekoki mulutnya dengan batang kemaluannya. Walau Fonny berusaha berontak namun akhirnya Suwandi berhasil menanamkan penisnya itu kemulut Fonny.

Nampak Fonny seperti akan muntah, karena mulutnya merasakan batang kemaluan Suwandi yang masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Suwandi kembali memopakan batang kemaluannya didalam rongga mulut Fonny, wajah Fonny memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun Suwandi dengan santainya terus memompakan keluar masuk didalam mulut Fonny, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Suwandi merasakan kembali kenikmatan di batang kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang kemaluannya. Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…Fonnnyyy…sayanggg… ..”, Suwandi mendesah panjang ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut Fonny. Dengan terbatuk-batuk Fonny menerimanya, walau sperma yang dimuntahkan oleh Suwandi jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut Fonny hingga meluber membasahi pipinya. Setelah memuntahkan spermanya Suwandi mencabut batang kemaluannya dari mulut Fonny, dan Fonny pun langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha untuk mengeluarkan cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma Suwandi tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Fonny sudah acak- acakan akan tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik adanya.

Dengan wajah puas sambil menyadarkan tubuhnya didinding kasur, Suwandipun menyeringai melihat Fonny yang masih terbatuk-batuk. Suwandi memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Fonny meringkuk dikasur sambil terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Fonny telah menunjukkan pukul 1 dini hari. Sambil santai Suwandi pun menyempatkan diri mengorek-ngorek isi laci lemari Fonny yang terletak disamping tempat tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Fonny, nampak wajah-wajah cantik Fonny menghiasi isi album itu, Fonny yang anggun dalam pakaian seragam pramugarinya, nampak cantik juga dengan baju muslimnya lengkap dengan ****** ketika foto bersama keluarganya saat lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. 

Kini gadis cantik itu tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya nampak membengkak.Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan tersenyum Suwandi memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”, batinnya. Setelah setengah jam lamanya Suwandi bersitirahat, kini dia bangkit mendekati tubuh Fonny. 

Diambilnya sebuah gunting besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia melucuti baju seragam pramugari Fonny satu persatu. Singkatnya kini tubuh Fonny telah telanjang bulat, rambutnya pun yang hitam lurus dan panjang sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Suwandi sehingga menambah keindahan menghiasi punggung Fonny. Sejenak Suwandi mengagumi keindahan tubuh Fonny, kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak bengkak namun masih terlihat indah menghias selangkangan Fonny.

Tubuh Fonny nampak penuh dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar menantikan akan apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Sementara itu hujan diluar masih turun dengan derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin itulah yang kembali membangkitkan nafsu birahi Suwandi. Setelah hampir sejam lamanya memberi istirahat kepada batang kemaluannya kini batang kemaluannya kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang Fonny, “Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….Fonny minta ampunn bangg…oohhh….”, Fonny nampak memelas memohon-mohon kepada Suwandi.Suwandi hanya tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai meraih badan Fonny. 

Kini dibaliknya tubuh telanjang Fonny itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh itu hingga ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut Fonny menyentuh lantai sementara dadanya masih menempel kasur dipinggiran tempat tidur, Suwandi pun berada dibelakang Fonny dengan posisi menghadap punggung Fonny. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Fonny selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkhh………”, Fonny melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Suwandi menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Fonny. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Suwandi berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Fonny. 

Setelah itu tubuh Fonny pun kembali disodok-sodok, kedua tangan Suwandi meraih payudara Fonny serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya Suwandi menyodomi Fonny, waktu yang lama bagi Fonny yang semakin tersiksa itu. “Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”, dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok- sodok Fonny merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Suwandi. Suwandi kembali merasakan akan mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang kemaluan itu dari lobang anus Fonny dan dibaliklah tubuh Fonny itu hingga kini posisinya terlentang. Secepat kilat pula dia yang kini berada diatas tubuh Fonny menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam vagina Fonny. “Oouuffffhhh……”, Fonny merintih dikala Suwandi menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama setelah Suwandi memompakan kemaluannya didalam liang vagina Fonny “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”, kembali penis Suwandi memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Fonny, dan Fonny pun terjatuh tak sadarkan diri. 

Fajar telah menjelang, Suwandi nampak meninggalkan kamar kost Fonny dengan tersenyum penuh dengan kemenangan, sebatang rokok menemaninya dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota, sementara itu sakunya penuh dengan lembaran uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Fonny sang pramugari cantik imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya. Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu, hal itu bukan urusannya lagi

Kamis, 20 Februari 2020

Rabu, 19 Februari 2020

Seks Nita Si Tetangga Baru Ku Yang Cantik Jelit



Cerita Hot Terbaik - Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2005, Rumah kost yang ku tempati hanya terisi dua kamar, satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga Mas Tarno yang berasal dari Yogyakarta. Mas Tarno umurnya 2 tahun diatasku jadi waktu itu sekitar 26 tahun. Istrinya bernama Nita seumuran denganku. Nita orangnya manis putih tinggi dan selalu bisa membuatku nafsu kepadanya meski dia sudah berkeluarga.

Mas Tarno adalah seorang penggangguran. Jadi untuk keperluan rumah tangga Nita-lah yang bekerja dari pagi sampai malam di sebuah Supermarket. tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Nita mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk beli rokok.

Mas Tarno pun sering membalas omelan-omelan Nita dengan tamparan dan tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya. Aku sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu. Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Nita senangnya bukan main mendengarnya.

Pada malam itu, aku ngobrol dengan Nita dikamarnya sambil nonton TV. Si Rara muter-muter sambil bermain maklum umur segitu masih lucu- cucunya. “Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku “Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Nita kepadaku. “Emangnya Kenapa?” tannyaku. “Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. wajar kan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku kan istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah- marah. “Sabar ya…” Aku mencoba untuk menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’. “Seandainya Mas Tedy yang jadi suamiku mungkin aku tidak akan merana. Mas Tedy dah dapat pekerjaan tetap dan digaji besar sedangkan suamiku, Mas Tarno hanya pekerja kasar di kapal itupun baru sebulan sebelumnya penggangguran.” Keluhnya. “Udah…jangan berandai- andai….biarkan hidup mengalir saja.” Jawabku sekenanya.

“Mas, ….. Tiba-tiba Nita duduk disebelahku mengapit tanganku dan menyandarkan kepalanya. Aku sungguh terkejut. Aku tahu Nita butuh kasih sayang, butuh belaian, butuh perhatian. Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia dengan pelukan di bahunya. Sayang sekali Wanita semanis Nita disia-siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki normal punya nafsu terhadap wanita. Justru inilah kesempatanku untuk mengerjai Nita apalagi ibu kostku sedang menjenguk keluarganya di Surabaya selama seminggu dan baru berangkat kemarin malam dan Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam di sebuah Mall. Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu tiba!!!

Kutoleh Nita yang saat itu sedang memakai daster, tanpa basa basi aku langsung merengkuh tubuh Nita yang montok itu kedalam pelukanku dan langsung kucium bibirnya yang tipis itu. Nita memeluk tubuhku erat erat, Nita sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat sekali ketika lidahnya menyelusup diantara bibirku. Tanganku asyik meremas susu Nita yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Nita memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap aku menarik daster Nita, dan ternyata Nita sudah tak mengenakan apa apa dibalik dasternya itu, ternyata Nita memang sudah merencanakannya tanpa sepengetahuanku. Tubuh Nita benar benar aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya semampai, putih dengan susu yang pas dengan ukuran tubuhnya ditambah vagina yang tak berambut mencembung. “Eh gimana kalo si Rara bangun?” tanyaku. “Tenang aja Mas Tedy, Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin CTM.” Jawabnya dengan gaya yang manja. Benar-benar persiapan yang sempurna.

Ketika kubentangkan bibir vaginanya, itilnya yang sebesar biji salak langsung menonjol keluar. ketika kusentuh dengan lidahku, Nita langsung menjerit lirih. Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga penisku yang sepanjang 12 cm langsung mengangguk angguk bebas. Ketika kudekatkan penisku ke wajah Nita, dengan sigap pula Nita menggenggamnya dan kemudian mengulumnya. Kulihat bibir Nita yang tebal itu sampai membentuk huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu hampir seluruhnya memadati bibir mungilnya, Nita sepertinya sengaja memamerkan kehebatan kulumannya, karena sambil mengulum penisku ia berkali kali melirik kearahku.

Aku hanya dapat menyeringai keenakan dengan servis Nita ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Nita yang sudah berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya, maka Nita melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah aku berbaring dengan agak tergesa gesa Nita merentangkan kedua kakiku dan mulai lagi menjilati bagian peka disekeliling penisku, semuanya dijilatinya, bahkan Nita dengan telaten menjilati penisku yang membuat aku benar benar blingsatan. Aku hanya dapat meremas remas susu Nita serta membelai vaginanya dengan jariku. Aku sudah tak tahan dengan kelihaian Nita ini, kusuruh dia berhenti tetapi Nita tak memperdulikanku malahan ia makin lincah mengeluar masukkan penisku kedalam mulutnya yang hangat itu.

Tanpa dapat dicegah lagi air maniku menyembur keluar yang disambut Nita dengan pijatan pijatan lembut dibatang penisku seakan akan dia ingin memeras air maniku agar keluar sampai tuntas. Ketika Nita merasa kalau air maniku sudah habis keluar semua, dengan pelan pelan dia melepaskan kulumannya, sambil tersenyum manis ia melirik kearahku. Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air maniku yang masih menempel dibibirnya, sementara yang lain rupanya sudah habis ditelan oleh Nita. Nita langsung berbaring disampingku dan berbisik “Mas Tedy diam saja ya, biar saya yang memuaskan Mas !” Aku tersenyum sambil menciumi bibirnya yang masih berlepotan air maniku sendiri itu. Dengan tubuh telanjang bulat Nita mulai memijat badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah tegang untuk beberapa waktu itu, pijatan Nita benar benar nyaman, apalagi ketika tangannya mulai mengurut penisku yang setengah ngaceng itu, tanpa dihisap atau diapa apakan, penisku ngaceng lagi, mungkin karena memang karena aku masih kepengen main beberapa kali lagi maka nafsuku masih bergelora.

Aku juga makin bernafsu melihat susu Nita yang pentilnya masih kaku itu, apalagi ketika kuraba vaginanya ternyata itilnya juga masih membengkak menandakan kalau Nita juga masih bernafsu hanya saja penampilannya sungguh kalem . Melihat penisku yang sudah tegak itu, Nita langsung mengangkangi aku dan menepatkan penisku diantara bibir vaginanya, kemudian pelan pelan ia menurunkan pantatnya sehingga akhirnya penisku habis ditelan vaginanya itu. Setelah penisku habis ditelan vaginanya, Nita bukannya menaik turunkan pantatnya, dia justru memutar pantatnya pelan pelan sambil sesekali ditekan, aku merasakan ujung penisku menyentuh dinding empuk yang rupanya leher rahim Nita.

Setiap kali Nita menekan pantatnya, aku menggelinjang menahan rasa geli yang sangat terasa diujung penisku itu. Putaran pantat Nita membuktikan kalau Nita memang jago bersetubuh, penisku rasanya seperti diremas remas sambil sekaligus dihisap hisap oleh dinding vagina Nita. Hebatnya vagina Nita sama sekali tidak becek, malahan terasa legit sekali, seolah olah Nita sama sekali tak terangsang oleh permainan ini. Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa Nita juga sangat bernafsu, karena kulihat dari wajahnya yang memerah, serta susu dan itilnya yang mengeras seperti batu itu.

Aku makin lama makin tak tahan dengan gerakan Nita itu, kudorong ia kesamping sehingga aku dapat menindihinya tanpa perlu melepaskan jepitan vaginanya. Begitu posisiku sudah diatas, langsung kutarik penisku dan kutekan sedalam dalamnya memasuki vagina Nita. Nita menggigit bibirnya sambil memejamkan mata, kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus dipentangnya pahanya lebar lebar sehingga penisku berhasil masuk kebagian yang paling dalam dari vagina Nita. gerakanku sudah mulai tak teratur karena aku menahan rasa geli yang sudah memenuhi ujung penisku, sementara Nita sendiri sudah merintih rintih sambil menggigiti pundakku.

Mulutku menciumi susu Nita dan menghisap pentilnya yang kaku itu, ketika Nita memintaku untuk menggigiti susunya, tanpa pikir panjang aku mulai menggigit daging empuk itu dengan penuh gairah, Nita makin keras merintih rintih, kepalaku yang menempel disusunya ditekan keras keras membuatku tak bisa bernafas lagi, saat itulah tanpa permisi lagi kurasakan vagina Nita mengejang dan menyemprotkan cairan hangat membasahi seluruh batang penisku. Ketika aku mau menarik pantatku untuk memompa vaginanya, Nita dengan keras menahan pantatku agar terus menusuk bagian yang paling dalam dari vagina sementara pantatnya bergoyang terus diatas ranjang merasakan sisa sisa kenikmatannya. Dengan suara agak gemetar merasakan kenikmatannya, Nita menanyaiku apakah aku sudah keluar, ketika aku menggelengkan kepala, Nita menyuruhku mencabut penisku. Ketika penisku kucabut, Nita langsung menjilati penisku sehingga cairan lendir yang berkumpul disitu menjadi bersih.

Penisku saat itu warnanya sudah merah padam dengan gagahnya tegas keatas dengan urat uratnya yang melingkar lingkar disekeliling batang penisnya. Nita sesekali menjilati ujung penisku dan juga buah pelirku. Ketika Nita melihat penisku sudah bersih dari lendir yang membuat licin itu, dia kembali menyuruhku memasukkan penisku. Aku menggigit bibirku merasakan sempit serta hangatnya vagina Nita, ketika penisku sudah menyelusup masuk sampai kepangkalnya, Nita menyuruhku memaju mundurkan penisku, aku mulai menggerakkan penisku pelan pelan sekali. Kurasakan betapa ketatnya dindingvagina Nita menjepit batang penisku itu, terasa menjalar diseluruh batangnya bahkan terus menjalar sampai keujung kakiku. Benar benar rasa nikmat yang luar biasa, baru beberapa kali aku menggerakkan penisku, aku menghentikannya karena aku kuatir kalau air maniku memancar, rasanya sayang sekali jika kenikmatan itu harus segera lenyap.  Nita menggigit pundakku ketika aku menghentikan gerakanku itu, ia mendesah minta agar aku meneruskan permainanku.

Setelah kurasa agak tenang, aku mulai lagi menggerakkan penisku menyelusuri vagina Nita itu, dasar sudah lama menahan rasa geli, tanpa dikomando lagi air maniku tiba tiba memancar dengan derasnya, aku melenguh keras sekali sementara Nita juga mencengkeram pundakku. Aku jadi loyo setelah dua kali memuntahkan air mani yang aku yakin pasti sangat banyak. Tanpa tenaga lagi aku terguling disamping tubuh Nita, kulihat penisku yang masih setengah ngaceng itu berkilat oleh lendir yang membasahinya. Nita langsung bangun dari tempat tidur, dengan telanjang bulat ia keluar mengambil air dan dibersihkannya penisku. Setelah itu, disuruhnya aku telungkup agar memudahkan dia memijatku, aku jadi tertidur, disamping karena memang lelah, pijatan Nita benar benar enak, sambil memijat sesekali dia menggigiti punggungku dan pantatku.

Aku benar benar puas menghadapi perempuan satu ini. Aku tertidur cukup lama, ketika terbangun badanku terasa segar sekali, karena selama aku tidur tadi Nita terus memijit tubuhku. Ketika aku membalikkan tubuhku, ternyata Nita masih saja telanjang bulat, penisku mulai ngaceng lagi melihat tubuh Nita yang sintal itu, tanganku meraih susunya dan kuremas dengan penuh gairah, Nitapun mulai meremas remas penisku yang tegang itu. “Yuk kita ke kamar mandi” ajakku “Sapa takut…..” Aku menarik tangan Nita keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk , takut ketahuan tetangga sebelah rumah dan mengunci pintu kamar mandinya dari dalam. ” Nit…kamu seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum. Nita membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi. Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya. Nita mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat.

Aku ingat, pacarku paling suka kalau aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali ini tidak ada waktu, karena sudah menjelang pagi. Nita mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Nita ke bak mandi. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu kemaluannya rapi sekali. Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan memilin- milinnya dengan kuat. Kumasukan dua jari tanganku ke dalam vaginanya, dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam vaginanya, dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga sebelah rumah dengar karena dinding kamar mandi bersebelahan tepat dengan dinding rumhah tetangga.

Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati vaginanya. ” Ahhh…ahhh….Mas… Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari- jariku makin mengocok vaaginanya. Semenit kemudian, Nita benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat. Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, Ia duduk bersimpuh dan mengulum penisku yang belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Nita melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku. Ia bergerak- gerak sendiri mengocok penisku dengan penuh gairah. Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.

Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Nita tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…aghhh…” Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya Nita makin terangsang.Penisku terus memompa liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya semakin menyempit… Penisku keluar masuk liangnya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata Nita merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku. ” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh… Ohhhhh uhhhhhh…” Nita orgasme untuk kesekian kalinya dan terkulai ke bahuku.

Karena aku masih belum keluar, aku mencabut penisku dari liangnya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap toilet. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila. Nita tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk penisku ke liangnya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak- acakan. Aku mulai memompa liangnya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. Penisku makin cepat menusuk2 liangnya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap- ngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Nita naik turun sesuai irama kocokanku, dan penisku semakin tegang dan terus menghantam liangnya dari belakang. Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat.

Penisku terasa makin becek oleh cairan liangnya. “Nita..aku juga mau keluar nih….” ” oh tahan dulu…kasih aku….penismu….tahan!!!! “Nita langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok penisku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya. ” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan. Nita menyedot penisku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung penisku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan  pelirku dan kanannya mengocok penisku dengan gerakan makin pelan. Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Nita berlutut dan menjilati seluruh penisku dengan rakus. Setelah Nita menjilat bersih penisku, ia memakaikan handukku, lalu memakai handuknya sendiri. Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara, lalu perlahan- lahan membuka pintu kamar mandi. Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang. Setelah kejadian itu aku sama Nita semakin gila- gilaan dalam bermain seks sampai dengan ibu kosku kembali dari Surabaya tentunya aku hanya bisa melakukannya di malam hari.